7. MT6 - Deuteronomis, Pelunasan "Hutang" Sejarah
Penulis dan Penyunting
Pada tahun 1980, arkeolog Nachman Avigad mempubilkasikan sebuah segel lempung
temuannya. Segel yang berasal dari masa akhir abad-7 SM hingga awal abad-6 SM ini
sekarang tersimpan di Museum Israel. Pada salah satu sisinya terdapat huruf
Ibrani "lbkryhw bn nryhw hspr", yang berarti "milik Barukh bin Neria, penulis".
Di masa Perjanjian Lama, kadang-kadang manuskrip ditulis di atas lembaran
papirus, yang kemudian digulung dan diikat dengan tali. Berikutnya, tali itu
ditekankan pada bola lempung basah, lalu ditekan dengan segel seseorang. Melalui
karakter huruf pada bekas segel pada lempung tersebut, para ahli dapat mengenali
waktu pembuatannya, karena karakter huruf Ibrani berubah dari waktu ke waktu.
Penemuan segel Barukh ini sangat penting bagi arkeologi Perjanjian Lama, karena
merupakan artefak pertama milik seseorang yang namanya tersebut dalam Alkitab.
R.E.Friedman dalam "Who Wrote the Bible" edisi revisi (1989) menyebut Barukh
sebagai penulis (semacam sekretaris atau panitera) dan penyunting kitab tradisi
D, berdasarkan konsep Nabi Jeremia. Segel Barukh antara lain dapat dilihat di
http://home.att.net/~kmpope/SealofBaruch/l
Jeremia dan sekretarisnya (Barukh) pasti termasuk komunitas Musaiyah.
- Hubungan Jeremia dengan para imam Shiloh (atau Silo)
- Jeremia adalah salah satu nabi yang tercatat lima kali merujuk ke Shiloh
['Jer 7:12,14; 26:6,9; 41:5']
- Jeremia menyebut Shiloh sebagai "tempat dimana Aku [Tuhan] membuat
nama-Ku [Tuhan] diam" ['Jer 7:12']. Ungkapan deuteronomik untuk tempat
utama pemujaan Tuhan.
- Jeremia berasal dari Anatot ['Jos 21:18-19'], kota tempat pengucilan
Abyatar, imam besar komunitas Shiloh yang dipecat Samolo. Anantot adalah
sebuah desa kecil komunitas Haruni di luar kota Jerusalem. Jeremia pasti
bukan Haruni, karena ia mendapat perlakuan tak sedap dari komunitas
keturunanHarun ['Jer 11:21-23']
- Keterkaitan Jeremia dengan Raja Josia.
- Jeremia memulai karya kenabiannya di masa Raja Josia ['Jer 1:2']
- Jeremia membuat syair ratapan kematian ketika Josia mati terbunuh
['2Taw 35:25']
- Keterkaitan Jeremia dengan penemuan "Kitab Musa" di masa Raja Josia.
- Adalah Safan yang membawa "Taurat Musa" yang ditemukan imam Hilkia ke
Raja Josia. ['2Raj 22']
- Adalah Elasa anak Safan (dan Gemarya anak Hilkia) yang membawa surat
Jeremia untuk orang Israel yang berada dalam pembuangan di Babelonia
['Jer 29:1-3']
- Surat peringatan Jeremia untuk Joyakim, anak Josia, dibacakan Barukh di
kamar Gemarya anak Safan ['Jer 36:10']
- Adalah Gemarya anak Safan yang membela Jeremia di saat kritis. Juga,
sebagaimana Jeremia dibela dan diselamatkan oleh Ahikam anak Safan
['Jer 26:10']
- Adalah Gedalya, anak Ahikam, anak Safan, yang melindungi Jeremia, ketika
Gedalya sedang menjabat sebagai Gubernur Judea yang diangkat oleh
Nebukadnezar ['Jer 39:14; 40:6']
Keterkaitan Jeremia dengan imam besar terakhir Shiloh yang dikucilkan di Anatot,
dan dengan "Kitab Musa" yang ditemukan Hilkia di jaman Raja Josia, terwakili
oleh dua ayat pembuka Kitab Jeremia:
"Inilah perkataan-perkataan Jeremia bin Hilkia, dari keturunan imam yang ada di
Anatot di tanah Benyamin. Dalam jaman Josia bin Amon, raja Jehuda, dalam tahun
yang ketiga belas dari pemerintahannya . . . " ['Jer 1:1-2a'].
Dalam keadaan termarginal, komunitas Musaiyah tetap memelihara kontinuitas
tradisi literatur, menulis teks baru dan menyimpannya berabad-abad, dalam
bentuk hukum, kisah, laporan sejarah, dan puisi. Lalu muncul ke panggung
sejarah ketika kesempatan datang. Seperti terjadi di masa Raja Josia (Kerajaan
Judea), ketika salah satu anggota puas Musaiyah memperoleh posisi terhormat
dan memiliki wewenang keagamaan, setelah tersingkir selama sekitar 300 tahun.
Dalam masa tersebut mereka mengembangkan teks yang dikenal sebagai manuskrip
deuteronomis, yaitu Kitab Ulangan dan semua kitab sejarah hingga jaman Raja
Josia. Manuskrip ini dikenal sebagai sumber tradisi "D". Keberhasilan komunitas
Musaiyah masuk kembali ke pusat religi yang bersinggungan erat dengan lingkaran
kekuasaan monarki, melahirkan gerakan pembaharuan agama yang disebut "Reformasi
Raja Josia".
Tradisi "D" adalah kontinuitas tradisi "E", setelah kejatuhan Kerajaan Efraim
- Bertunas di kerajaan Israel di Utara, tetapi mencapai perkembangan puncaknya
di wilayah kerajaan Jehuda (setelah jatuhnya Samaria) hingga jatuhnya
Jerusalem.
- Menghendaki sentralisasi aktivitas agama (karena Shiloh pernah menjadi pusat
agama, di jaman Samuel), tapi tak terkait dengan tabut perjanjian atau
keimamam Jerusalem (karena Abyatar, pemimpinnya, disingkirkan Salomo,
dan setelah itu Jerusalem dikuasai imam Haruni)
- Menghendaki sentralisasi aktivitas agama dan melegitimasi kaum Lewi sebagai
imam. Sangat peduli pada kehidupan para imam Lewi (karena mereka
juga kaum Lewi, yang tak bertanah dan tak berpekerjaan) dan berpandangan
hanya kaum Lewilah yang berhak menjadi imam (karena mereka pernah
tersingkir oleh imam non-Lewi di Bethel), tetapi mengistimewakan hanya
sebagian kecil saja (yaitu bukan yang di pedesaan)
- Menerima sistem monarki (karena Samuel menahbiskan dua raja pertama dan
kedua), tetapi menghendaki pembatasan kekuasaan raja (karena Samuel juga
bersikap demikian, dan karena Raja Salomo dan Raja Jerobeam pernah
memperlakukan komunitas Shiloh dengan sangat buruk), misalnya dengan
pendekatan pra-monarki dalam hal perang, yang mengutamakan dukungan
suku (karena tentara profesional akan menjadikan raja lebih mandiri dan
tidak bergantung pada dukungan rakyat).
- Memulai manuskrip dari kisah Musa dan berpuncak pada Raja Josia. Di masa
Josia komunitas Musaiyah berhasil "menyingkirkan" komunitas Haruni. Dari
sudut pandang Musaiyah, Raja Josia tampil bagai tangan pembalas "dendam
aniaya" terhadap komunitas Haruni, Raja Salomo dan Raja Jerobeam,
yang telah mereka simpan berabad-abad. Maka Raja Josia pun dikisahkan
menghancurkan ikon keagamaan jaman Salomo dan Jerobeam.
Teks D membalas "dendam aniaya" berabad.
- Terhadap Salomo, tradisi D menyebutkan bahwa ia berperilaku buruk di masa
tuanya, berpaling pada penyembahan dewa, menjadi pengikut dan mendirikan
kuil pemujaan di bukit dekat Jerusalem bagi Dewi Astoret dari Sidon, dewa
Khemos dari Moab, dewa Milkom dari Ammon. ('2Raj11:5-7').
Lalu dikisahkan bahwa Raja Josia menghancurkan tempat tersebut ('2Raj 23:13')
- Terhadap Jerobeam, tradisi D mengisahkan kegiatan sistem religi baru Raja
Jerobeam yang membangun kuil di Dan dan Bethel. ('1Raj12-13') :Lalu
dikisahkan penghancuran tempat tersebut, juga oleh Raja Josia (2Raj
23:15). Raja Josia telah membalaskan "aniaya" yang diterima komunitas
Musaiyah dari Shiloh selama tiga ratusan tahun. Tak aneh jika para
Deuteronomis memotret Raja Josia sebagai puncak sejarah tiga abad
terakhir.
Bersambung ke MT7 - Ezra, Penyusun 5 Kitab Taurat
Bandung, Maret 2002
Heri Muliono