2. Wahju Allah dan Djalan Penjelamatan dalam Perdjandjian Lama
Dapat diherankan mengapa Allah begitu lama, jaitu puluhan abad lamanja atau lebih lagi, menunggu sampai Ia mulai melaksanakan rentjana penjelamatan itu. Hal itu memang tetap tinggal misteri Ilahi, jaitu rahasia Allah jang tersembunji bagi kita. Bdl. 'Ef. 1:9-10; 3:9-11'; 'Kol. 1:25-27'.
Tetapi kalau kita perhatikan keagungan martabat manusia jang ditebus dan mendjadi anak Allah, seperti telah diuraikan diatas tadi, dan kalau dalam pada itu kita ingat taraf rendah kebudajaan dan ketjerdasan rohani manusia prasedjarah, dan taraf keagamaan dan kesusilaan sampai dizaman Abraham, maka dapat kita bajangkan betapa perlunja manusia harus dididik dahulu, sampai sanggup menilaikan ketinggian dan keluhuran martabat keputeraan Allah tersebut dan hidup tjukup sutji sesuai dengannja.
Pendidikan itu mulai diberikan setjara njata dengan wahju Allah kepada Abraham dan dengan mementjilkannja dari lingkungan-lingkungan kaum kafir. Itu baru terdjadi kira-kira 19 abad sebelum Kristus.
Allah menjatakan Diri kepada Abraham sebagai Allah jang benar dan Mahaesa, mendjandjikan kepadanja "Kanaan" sebagai tempat kediaman bagi dirinja dan kaum keturunannja. Ia berdjandji kepadanja, bahwa ia akan mendjadi bapak asal suatu bangsa besar; djumlah djiwanja tak terhitung seperti bintang-bintang dilangit, bidji-bidji debu bumi dan butir-butir pasir dipantai laut.
Abraham pertjaja dan sebab itu Allah memberkatinja dan Abraham tetap setia dengan sepenuh-penuhnja kepada Allah.
Dan Allah mewahjukan kepada Abraham pula, bahwa semua bangsa manusia didunia akan diberkati didalamnja. Baik batjalah Buku "Kedjadian" bab 12 sampai 17.
Kata "diberkati" tentu tak lain artinja daripada bahwa semua bangsa akan memperoleh suatu kehidupan jang makmur dan bahagia. Dan bahwa disini dimaksudkan suatu kehidupan rohani dan keselamatan abadi, itu sangat terang dari 'Gal. 3:6-9' dan 'Rom. 9:7-8'.
Djadi dengan terpanggilnja Abraham dan karena ketaatan Abraham, sudah terbukalah sedjarah wahju Allah dan djalan penjelamatan jang adalah djalan penjelamatan bagi kita djuga. Tetapi baik kalau disini sudah kita perhatikan, bahwa djalan penjelamatan sepandjang Perdjandjian Lama tak pernah melewati taraf persiapan dan pendidikan pendahuluan, sedangkan keselamatan abadi baru diwudjudkan dalam Perdjandjian Baru. Namun meski demikian, mungkin bahwa orang-oang saleh dalam Perdjandjian Lama sudah dianugerahi hidup abadi itu djuga, demi kurban Jesus disalib, jang kedjadiannja dalam sedjarah memang hanja satu kali sadja, tetapi bagi Allah hadir dari kekal dengan segala djasanja.
Wahju dan djandji-djandji Allah kepada Abraham diulangi lagi kepada puteranja Isaak dan tjutjunja Jakub; dan wahju sebagai penjelenggaraan Allah tetap dilandjutkan untuk memelihara dan melindungi mereka beserta para turunannja setjara istimewa. Mereka tetap setia dalam kepertjajaan dan ketaatannja kepada Allah dan membakti serta beribadat kepadaNja setjara sederhana.
Kira-kira sekitar tahun 1700, putera-putera Jakub berpindah ke Mesir. Kaum keturunan mereka lalu menetap disitu kira-kira 400 tahun lamanja. Tidak ada berita bahwa Allah sepandjang waktu itu memberikan wahju jang istimewa kepada mereka. Tetapi penjelenggaraan Allah jang istimewa berdjalan terus. Tentu sambil mengingat akan djandji-djandji kepada Abraham. Mereka berkembang pesat mendjadi bangsa besar jang kukuh bersatu. Tentu kepertjajaan mereka akan Allah tidak hilang dan ketjerdasan umum dan kebudajaan agak naik karena pengaruh kebudajaan Mesir. hal ini njata sekali pada pribadi Moses.
Perlakuan baik jang mereka nikmati pada permulaan berkat djasa-djasa-djasa Josep, lama-kelamaan diganti dengan perbudakan jang berat dan hina. Achirnja Allah mulai bertindak membebaskan mereka dari perhambaan itu setjara tegas dan adjaib.
Dengan itu mulailah tahap jang kedua dari wahju Allah dalam melakukan rentjana penjelamatan, dan segera setjara djauh lebih luas dan pada taraf jang djauh lebih tinggi daripada dalam tahap pertama jaitu zaman para bapak-bangsa. Allah seolah-olah agak njata "hidup" diantara mereka dan memimpin serta memelihara mereka setjara istimewa, dengan tjinta kebapakan jang sangat mesra. Ia berulang-ulang berbitjara kepada mereka dengan perantaraan Moses, menjatakan rentjana-rentjana dan kehendakNja, menegur dan menghibur, menentukan bagi mereka upatjara ibadah jang luhur dan mulai, mengatur hidup kemasjarakatan mereka supaja tenteram dan sentosa, dan sebagai mahkotanja achirnja menetapkan dengan mereka perdjandjianNja, jang membuat mereka mendjadi "Umat Allah jang terpilih" jang dinamakan "Umat Israel".
Perdjandjian jang puluhan tahun lamanja digurun pasir bukan sadja didikan bagi mereka jang sangat besar dajagunanja, memperdalam pengertian dan perasaan keagamaannja, memperteguh kepertjajaannja kepada penjelenggaraan Allah dan tidak sedikit meninggalkan tingkatan kesusilaan mereka.
Sekitar 1250 Umat Allah jang terpilih dapat masuk tanah sutji jang didjandjikan kepada mereka, dan memang sudah kepada Abraham. Penjelenggaraan Allah jang istimewa tetap nampak. Ia bertindak sebagai "Radja" mereka dengan perantaraan Josue dan kemudian para "hakim".
Allah ada serta dengan mereka dalam segala peperangan dengan bangsa-bangsa kafir keliling dan mereka hidup aman sentosa dalam tanah jang "meluapkan susu dan madu itu". Dalam keseluruhannja mereka tetap setia kepada Allah, biarlah sering djuga praktek keagamaan sangat ditjemari oleh adat-istiadat kekafiran sekitar.
Sedemikian itu keadaan k.l. dua abad lamanja. Achirnja mereka minta supaja para hakim diganti dengan seorang radja, seperti bangsa-bangsa keliling diperintah dan dipimpin radja-radja jang gagah perkasa dan ahli politik. Radja pertama jang ditentukan Allah, ialah Saul. Ia kemudian diganti David, jang berhasil mempersatukan semua suku-bangsa Israil, mendjadi satu keradjaan jang kuat. Itu terdjadi sekitar tahun 1000. Masa keradjaan David merupakan masa keemasan dalam sedjarah orang Israel, djaja, tenteram dan makmur. Hubungan dengan Allah tetap baik, atas usaha pengaruh David sendiri agama murni danperajaan ibadah mulia dan meriah. Sesudah wafatnja, keradjaan David diwarisi oleh puteranja Salomon. Salomon mula-mula mengikuti djedjak bapaknja jang luhur; dan kebidjaksanaan pemerintahan mandjadi masjhur. Tetapi achirnja ia mendjauhkan diri dari Allah dengan turut memudja dewa-dewa dari isteri-isteri jang kafir dan "murka" Allah menjusul. Sebagai hukuman Allah, keradjaan petjah mendjadi dua. Suku bangsa diutara mentjeraikan diri dari "Juda" dan membentuk keradjaan tersendiri, jang biasa dinamakan "Keradjaan Utara", atau djuga "Keradjaan Israil". Ibukotanja Samaria.
Sisa keradjaan David dan Salomon lalu meliputi hanja suku-bangsa "Juda", jang memang lebih besar dari suku-suku Israel jang lain, dan termasuk lagi suku Benjamin.
Kedua keradjaan itu sangat tjepat madju ekonominja tetapi dalam pada itu rakjat terbagi atas dua golongan, jang satu terdiri dari kalangan atasan jang terlalu kaja dan rakjat djelata jang ditindas dan miskin. Kemewahan hidup kalangan atasan itu berakibat keruntuhan achlak disegala lapangan, pengabaian agama, dan jang terutama menimbulkan "murka" Allah, jaitu kelaliman kalangan-kalangan atasan terhadap rakjat djelata itu.
Keadaan itu meradjalela terlebih dikeradjaan utara, tetapi terdapat dalam keradjaan Juda djuga.
Untuk menginsafkan kedua keradjaan itu, Allah mengutus nabi-nabi kepada mereka, tetapi tanpa berhasil. Hardikan-hardikan dan antjaman-antjaman Allah diabaikan dan nabi-nabi diusir atau dipendjarakan. Achirnja Allah melaksanakan antjaman-antjamanNja. Samaria disergap dan tiga tahun lamanja dikepung orang Asiria, achirnja kalah dan dimusnahkan dari bumi. Itu terdjadi dalam tahun 722 dan dengan itu keradjaan utara telah hilang untuk selama-lamanja. Ribuan orang atasan dibawah sebagai tawanan ke Asiria.
Diwaktu jang hampir sama, orang Asiria merebut 50 kota dikeradjaan selatan (Juda) dan ribuan penduduk terkemuka dibawa ke Asiria. Hanja Jerusjalem masih dapat bertahan, tetapi dalam tahun 587 terpaksa menjerah kepada Nabuchodonosor, radja Babilon. Kota dan kenisah dibakar dan sisa penduduk dibawah ke Babilon. Maka mulailah zaman tawanan di Babilon jang masjhur itu.
Hal jang terpenting dizaman ini mengenai pelaksanaan rentjana penjelamatan, ialah wahju Allah kepada para nabi. Dengan pewahjuan ini mulailah tahap jang ketiga dalam sedjarah penjelamatan, jang membawa kesadaran dan kegiatan keagamaan kesuatu dataran jang djauh lebih tinggi dari pada jang lalu.
Nabi-nabi jang muntjul dizaman ini adalah tiga jang biasa disebut "nabi besar", sebab wahju mereka jang diturunkan kepada kita lebih luas dan berisi dari pada jang lain, jang disebut "nabi ketjil". Ada dizaman ini tiga nabi besar dan 12 ketjil. Jang pertama muntjul ialah nabi Amos didalam keradjaan utara kira-kira dalam tahun 750. Dari nabi-nabi besar: Isaias tampil kemuka dua tiga puluh tahun kemudian dikerdjaan Juda, dan Jeremias dalam tahun 627 disitu pula. Esechiel adalah pemimpin rohani jang utama sepandjang tawanan di Babilon.
Hukuman Allah atas umatNja jang tertjinta memang hebat sekali. Tetapi ternjatalah bahwa dimaksudkan sebagai "Paena medicinalis", artinja tindakan didikan jang berfaedah. Dan memang disini berhasil benar. Banjak orang mendjadi insjaf dan bertobat. Bahagian terbesar dari mereka hidup ditengah-tengah kaum kafir, tetapi umumnja hidup atau berkumpul-kumpul berkelompok-kelompok, chususnja djuga untuk melakukan ibadatnja. Demikian muntjullah sistim sinagoge-sinegoge. Oleh karena tak ada kenisah dengan upatjaranja bersama-sama setjara meriah, mereka terpaksa bersembahjang setjara sederhana tetapi hal ini membuat kesalehan mereka lebih mendalam dan bersifat kepribadian jang lebih mesra. Rasa tanggung-djawab perseorangan djuga mulai hidup. Lagi minat mereka terhadap wahju Allah dalam zaman-zaman lampau dengan perintah-perintahnja makin timbul. Hal ini penting sekali guna terbentuknja Kitab Kudus Perdjandjian Lama jang kini kita punjai. Mereka mulai mengumpulkan wahju Allah itu baik dari ingatan orang jang umum, maupun dari tulisan-tulisan kudus jang dapat mereka selamatkan danbawa serta dari tanah-air. Mereka mengutamakan hukum Allah jang terdjentum dalam "kelima buku Moses", jaitu hukum taurat. Ada pula nabi-nabi jang sendiri menuliskan wahju jang disampaikan kepada mereka, ada pula jang pernjataan dan utjapan-utjapannja dikumpulkan dan dibukukan oleh seorang penulis atau murid-murid mereka. Buku-buku para nabi ini masih sangat bernilai bagi kita pribadi, tetapi penting sekali bagi seluruh Perdjandjian Baru, sebab kaja dengan nubuat-nubuat tentang Mesias.
Mulai kira-kira tahun 540 orang tawanan di Babilon dibiarkan pulang ketanah airnja. berkelompok-kelompok mereka ikut. Kenisah dibangun kembali dalam tahun 515, beberapa tahun kemudian tembok-tembok kota Jerusjalem djuga. Banjak orang dari pedusunan, jang tidak kena tawanan dan tetap memelihara agamanja, diadjak menetap di Jerusjalem. Jerusjalem lalu djadi pusat agama bagi seluruh sisa umat Israil di Palestina, ketjuali Samaria jang tetap menolak.
Mereka tetap didjadjah sampai dalam abad kedua seb. Kristus, dan kemudian djuga lagi. Tetapi hal ini tidak merugikan malah menguntungkan bagi agama. Mereka diperlakukan baik dan dengan hormat oleh para pendjadjah, bebas penuh mengenai agama, dan tidak terlibat lagi dalam hal-hal politik, sehingga mereka dapat mentjurahkan seluruh perhatian dan kegiatannja kepada kepentingan-kepentingan agama. Kumpulan buku-buku Kitab Kudus terus-menerus dilengkapi danditambah dengan karangan-karangan baru. Chususnja hukum taurat jang tertjantum dalam kelima buku pertama Kitab Kudus, jang dinamakan pentateuch atau kelima buku Moses lagipun adjaran-adjaran dan tulisan-tulisan para nabi asjik dipeladjari dan diadjarkan kepada rakjat, didalam dan diluar kota Jerusjalem. Muntjul golongan "ahli taurat", jang bertugas membahas dan menjelidiki makna dan maksud pernjataan-pernjataan Allah dan menafsirkannja demikian rupa sehingga segala perintah-perintah dan ketentuan-ketentuan Allah ditaati oleh seluruh umat dengan seksama. Mereka dan seluruh umat sendiri telah mengalami dan sebab itu insjaf benar, bahwa ketaksetiaan kepada Allah berakibat hukuman dan segala ketaatan mendjaminkan berkat.
Hidup kemasjarakatan dan keadilan sosial, jang memuntjak keburukannja padamasa mendjelang tawanan ke Asiria dan Babilonia, diatur kembali dan dibaharui menurut tuntutan taurat dan pengadjaran para nabi. Agama dibersihkan dari pengaruh dan unsur-unsur kekafiran jang masih terdapat diantara rakjat sini sana. Upatjara ibadah jang resmi dalam kenisah disempurnakan dan kesalehan umum serta hidup kesusilaan mulai meningkat kemurniannja dan keluhurannja.
Wahju dan penjelenggaraaan Allah waktu itu tidak menondjol, tetapi tetap didjalankan. Kehidupan disegala lapangan dalam umat seolah-olah dengan sendirinja berkembang baik, sehingga tjukup pimpinan jang halus. Wahju Allah sebagai pimpinan jang halus ini kita batja dalam bentuk amsal, nasehat dan pengadjaran dalam buku-buku jang disebut Buku-Buku Kebidjaksaaan, jang diterima masuk Kitab Kudus. Ada jang sangat sederhana isi dan bentuknja bagi rakjat djelata, ada pula jang tinggi sekali mutu isi kerohanian dan tingkat kesasteraannja. Boleh dikatakan bahwa pandangan hidup dan pemikiran keagamaan makin lama makin naik menudjui taraf Perdjandjian Baru.
Keadaan dan suasana aman sentosa jang terlukis diatas dapat dinikmati tanpa gangguan sampai abad kedua sebelum Kristus. Dalam permulaan abad itu radja Antiochus IV dari Siria (176-164), seorang Junani jang waktu itu mendjadjah djuga, melarang agama Jahudi, merampasi dan memperkosa kenisah dan mengedjar semua orang jang tidak mau mengingkari agamanja. Ada orang jang mati sebagai martir. Golongan orang-orang jang setia bertambah-tambah besar, achirnja berani memberontak dibawah pimpinan Juda Makabeus, pahlawan jang ulung itu. Mereka menang lalu membentuk keradjaan Israil baru jang meliputi seluruh Palestina. Tetapi kedaulatan itu tidak menguntungkan bagi agama. Imam agung diangkat atau mengangat diri merangkap radja, lalu bersama-sama rekan-rekannja terlalu berpolitik sambil melalikan hal-hal agama dan tugas imamatnja. Mereka ingat sadja mempertahankan kekuasaannja, gila kekuasaan dankekajaan sampai berkorupsi, hidup mewah sekali sambil memeras imam-imam bawahannja dan rakjat djelata. Mereka tergolong pada kaum saduki, jang malah tidak pertjaja akan kebangkitan orang mati dan hidup abadi.
Sajang bahwa ahli-ahli taurat dan orang-orang parisi, jang dihormati sebagai golongan jang paling takwa dan saleh, dipengaruhi tjita-tjita politik dan duniawi itu djuga dan runtuh djiwa keagamaannja.
Pada djalan tindjauan kita sudah sampai kita pada achir Perdjadjian Lama. Garis sedjarah jang kita ikuti adalah sedjarah umat manusia, sebagaimana njata kelihatan dalam Kitab Kudus. Tetapi Kitab Kudus sebagai buku sedjarah bukan berminat kepada perkembangan politik, kemasjarakatan atau kebudajaan jang fana, melainkan melulu perkembangan pewahjuan dan penjelenggaraaan Allah guna membawa umat manusia kepada keselamatan sempurna jang abadi. Sedjarah Kitab Kudus adalah sedjarah penjelamatan.
Djalan penjelamatan sepandjang Perdjadjian Lama tidak sampai melewati taraf persiapan. Penjelenggaraan Allah itu langsung ditudjukan kepada satu bangsa sadja dari umat manusia. Maksudnja mendidik mereka setjara istimewa, supaja mereka achirnja matang untuk dianugerahi keselamatan abadi dan sanggup mendukung pelaksanaan rentjana penjelamatan selandjutnja, sampai terwudjud pada segala bangsa dunia.
Djalan pendidikan telah kita ikuti dalam tindjauan kita. Djalan itu memang pandjang dan hanja lambat-lambat naik, tetapi itu menurut kebidjaksanaan Allah jang tetap satu rahasia bagi kita. Dalam mengikuti djalan itu dapat kita bedakan empat tingkatan jang menondjol, jang dapat dikatakan merupakan empat tahap dalam sedjarah penjelamatan Perdjandjian Lama.
Tahap pertama mulai dengan terpanggilnja Abraham, dan berdjalan k.l. dari tahun 1900 sampai 1350 seb. Kristus. Kita namakannja "zaman para bapak bangsa". Tjiri-tjirinja: kepertjajaan teguh dan pengabdian setia kepada Allah jang Mahaesa. Hubungan dengan Allah sangat erat. Ibadat masih sederhana. Kita mendapat kesan-kesan bahwa djalan dizaman itu dalam keseluruhannja datar.
Tahap jang kedua meliputi kurun waktu k.l 600 tahun pula, 1350-750, dan dapat disebut zaman umat Israel, dan mulai dengan pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Dengan mendadak menjelenggarakan Allah muntjul kuat dan tehas, lalu pewahjuanNja jang lisan bertambah-tambah luas dan itu pada taraf jang tinggi. Kaum budak turunan Jakub (Israel) diangkat dan dididik mendjadi umat Allah jang tertjinta. Hidup keagamaan, kemasjarakatan dan kesusilaan umumnja diatur oleh Allah sendiri dalam hukum terperintji jang diberikanNja dengan perantaraan Moses dan jang membawa mereka kesuatu tingkat kebudajaan rohani jang sangat tinggi. Puntjak tindakan-tindakan Allah, ialah perdjandjian istimewa jang ditetapkan Allah dengan mereka. Kesetiaan pada perdjandjian itu kemudian menentukan sikap Allah terhadap mereka, pada taraf pendidikan kebapakan jang tahu memberi berkat dan siksa pada waktunja. Tahap ketiga kita sebut zaman para nabi, jang mulai kira-kira dalam tahun 750 dan berdjalan sampai kira-kira tahun 500. Dalam zaman itu Allah menjampaikan wahjuNja dengan perantaraan para nabi-nabi, ada jang disebut nabi besar ada jang disebut nabi-nabi ketjil. Alasan dimuntjulkannja nabi-nabi itu ialah keruntuhan hidup keagamaan dan kesusilaan, chususnja keadilan sosial djuga, baik didalam keradjaan utara maupun dikeradjaan Juda. Peringatan-peringatan, hardikan-hardikan dan antjaman-antjaman hebat jang disampaikan Allah kepada mereka dengan perantaraan para nabi itu baru berhasil sesudah antjaman-antjaman terlaksana dengan kehantjuran kedua keradjaan dan penawaran kalangan-kalangan atasan ke Asiria dan Babilon.
Sesudah orang sadar dalam tawanan, dibawah pimpinan nabi Ezekiel, agama mulai hidup kembali dan bertambah-tambah giat dan mendalam. Wahju Allah jang lama dan jang baru (wahju para nabi) asjik dikumpulkan, dibukukan dan dipeladjari, guna mengetahui sjarat-sjarat dan ketentuan-ketentuan Allah dengan teliti dan mengamalkannja dengan sempurna.
Tahap keempat, dari k.l. tahun 500 sampai achirnja Perdjandjian Lama dapat kita namakan "zaman Jahudi", sebab ("sisa") umat Israel jang pulang ketanah-airnja, lalu mendjadikan Jerusjalem pusat agamanja, memang sebagai besar orang bangsa Juda. Gerakan jang mulai bertumbuh subur dalam tawanan dilandjutkan dengan lebih bersemangat lagi dan memuntjak oleh usaha Wali-negeri Nehemias dan "imam" Esdras sekitar tahun 450. Agama dan hidup kemasjarakatan dibersihkan dari segala unsur dan pengaruh kekafiran, kesusilaan umum dan chususnja keadilan sosial dipulihkan tepat menurut ketentuan-ketentuan hukum taurat dan "para nabi", kesalehan pribadi dan umum sangat meningkat keluhuran dan kegiatannja. Keadaan pada taraf itu melandjut dalam abad-abad berikut, dan pengertian serta keinsjafan keagamaan mendalam dan bertambah-tambah rohaniah bagi oleh wahju Allah jang disampaikan dalam buku-buku "Kebidjaksanaan".
Semangat imam menundjukkan kekuatannja waktu pengedjaran agama oleh pendjadjahan Siria, dan berkobar benar dalam "perang Makabe". Perang itu berhasil merebut kemerdekaan. Hanja sajang pada achir keradjaan "Makabe" itu, didalam kalangan-kalangan atasan kesalehan meluntur dan membeku, kehilangan djiwanja, tjita-tjita rohani dibantut oleh gila kekuasaan, loba kekajaan, kemewaan hidup dan tjita-rasa keduniawian jang lain.
Sudah sewadjarnja kalau kita achirnja bertanja dalam hati, apakah tudjuan pendidikan Allah terhadap umat terpilihNja tertjapai.
Dengan ringkas dapat didjawab: ternjatalah tidak tertjapai dikalangan-kalangan atasan, jang bertanggungdjawab sebagai pemimpin umat. Mereka hanja matang dalam keburukan dan kesombongan hatinja untuk melaksanakan kurban penebusan dengan membunuh Mesiasnja.
Tetapi dikalangan-kalangan rakjat djelata Allah berhasil. Kesalehan "Jahudi", jang bertingkat tinggi dalam abad-abad terachir tetap terpelihara ditengah mereka. Buahnja jang termasuk ialah kesutjian dan kesempurnaan imam seorang gadis sederhana dari rakjat djelata, Perawan Maria, jang lajak mendjadi Ibu Jesus. Kesalehan jang agak sama kita saksikan pula pada satu dua orang jang kebetulan kita temui dalam riwajat masa kekanak-kanakan Jesus, Santu Josep, Zacharias, Elisabeth, Simon, Anna dan Joanes Pemandi dengan murid-muridnja.
Bukti-bukti kesalehan itu lagi tampak pada ratusan, malah ribuan orang dari rakjat djelata, jang dengan intuisinja jang masih murni sanggup pertjaja akan kekuasaan dan kekudusan Ilahi Jesus. Mereka merasa tertarik kepadaNja dan gemar mendengarkan pengadjaranNja jang serba rohani dan jang mengandjurkan tjita-tjita dan tuntutan-tuntutan jang tinggi. Hasilnja kemudian nampak, sesudah Pentakosta. Ingatlah 'Joh 4:37-38'; 'Kis 5:14-16; 8:5; 9:31'.
Bukti-bukti jang njata pula, ialah murid-murid Jesus jang tidak sedikit mengikut Jesus pada perdjalananNja. Ingatlah djumlah 72 dalam 'Luk. 10:1-20' dan djumlah 120 dalam 'Kis. 1:15'. Dalam jang paling matang dan tjakap, menurut pendapat Jesus, jaitu para rasul. Betapapun tersembunji kematangan itu bagi kita sepandjang riwajat Indjil, tetapi ketepatan pemilihan dan hasil pendidikan Jesus terhadap mereka sudah njata terbukti oleh sedjarah.