4. Keaslian Isi Alkitab
Alkitab juga merupakan buku yang dapat dipercayai oleh karena isinya yang terjamin keasliannya. Memang tak satu pun dari naskah Alkitab yang ditulis oleh para penulis aslinya yang masih utuh sampai sekarang. Semuanya telah hilang atau rusak dimakan waktu yang berabad-abad. Hal ini memang sering menjadi sasaran serangan orang-orang yang mempersoalkan keaslian Alkitab. Namun, kita dapat meyakini bahwa Alkitab yang ada pada kita sekarang ini terjamin keaslian isinya. Karena Alkitab telah disalin dan diterjemahkan dari naskah yang sama dengan aslinya.
Kitab-kitab Perjanjian Lama yang asli, sebagian besar ditulis dalam bahasa Ibrani. Kitab-kitab ini disalin atas papyrus (irisan batang semacam tumbuhan ilalang yang diproses menjadi seperti kertas) atau perkamen (kuliat binatang yang dikerjakan dan diolah menjadi lembaran yang halus sekali), jika salinan ini sudah tua atau rusak, maka akan dibuat salinan yang baru, sedangkan yang telah tua atau rusak itu dimusnahkan.
Pekerjaan ini tidaklah mudah, karena saat itu belum ada mesin fotokopi seperti sekarang ini. Semuanya harus ditulis ulang dengan tangan. Dalam hal ini para penyalin kitab benar-benar cermat mengikuti pedoman yang telah ditentukan untuk menghindari kemungkinan kesalahan dalam penyalinan tersbut. Metode penyalinan yang telah digunakan selama berabad-abad ini, dari tahun 500-900, adalah Metode Masorit. Sistem yang dipakai para sarjana Ibrani ini adalah dengan menghitung secara teliti. Pertama-tama mereka harus menghitung semua huruf yang terdapat dalam satu halaman. Kemudian, setelah mereka selesai menyalin, mereka harus mencocokkan lagi jumlah huruf yang mereka salin. Hal ini akan membuat mereka terhindar dari kemungkinan mengulang ataupun menghilangkan kata-kata atau baris kalimat. Kalau ternyata jumlah yang mereka hitung tidak cocok, mereka harus menghancurkan salinan yang telah mereka buat dengan susah payah itu dan memulai proses penyalinan yang baru lagi.
Namun bagaimana dengan naskah-naskah sebelum tahun 900? Pertanyaan semacam ini memang tidak akan terjawab dengan pasti sebelum ditemukannya naskah-naskah dari Laut Mati. Pada suatu hari yang panas berdebu di tahun 1947, seorang pemuda Arab melemparkan batu ke salah satu di antara ratusan goa yang terdapat di sekitar Laut Mati. Anak itu kemudian terkejut, karena terdengar bunyi pecahnya suatu benda dalam goa tersebut. Ketika ia merangkak masuk ke dalam goa untuk menyelidiki, anak itu menemukan sebuah guci yang pecah beserta naskah-naskah kuno, termasuk di dalamnya kitab Yesaya. Dan dengan ditemukannya naskah-naskah tersebut bisa dibuktikan bahwa titak ditemukannya perbedaan antara naskah-naskah yang ditemukan di sekitar Laut mati dengan naskah-naskah yang dikerjakan oleh sarjana Masorit.
Berdasarkan bukti-bukti yang menakjubkan ini, kita tentu dapat menjadi lebih yakin bahwa Perjanjian Lama yang telah begitu cermat diselidiki dan dibuktikan keasliannya, benar-benar adalah firman Allah yang dapat dipercayai.
Apa yang telah dinyatakan tentang Perjanjian Lama di atas berlaku juga untuk Perjanjian Baru. Kitab-kitab Perjanjian Baru juga terlindung dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama berabad-abad, meskipun kitab-kitab ini telah disalin ribuan kali dan tersebar di gereja-gereja purba. Dua penemuan penting terjadi lagi beberapa tahun terakhir ini, yang semakin mendukung bukti-bukti otentik naskah Perjanjian Baru. Pertama, Papyrus Perpustakaan Rylands yang berisi cuplikan Yohanes 18 yang bertanda tahun 125 sesudah Masehi. Kedua, kumpulan Papylus Chester Beatty yang berisi hampir semua kitab Perjanjian Baru dan bertanda tahun antara 200-275 sesudah Masehi. Isi Alitab yang terjamin keabsahannya ini melengkapi alasan kita untuk dapat mempercayai Alkitab.
Di pertengahan abad 17; Voltaire, salah satu dari penulis-penulis yang paling berpengaruh di masa itu, menunjukkan sebuah Alkitab di tangannya dan berkata, dalam 100 tahun mendatang, Kekristenan akan tersapu lenyap dan tinggal sejarah saja. Lucunya, hanya 50 tahun setelah kematiannya. Perkumpulan Alkitab Jenewa (Geneva Bible Society) memakai rumahnya sebagai markas besar mereka untuk mencetak dan mengedarkan Alkitab! Luar Biasa!